
Sabtu, 21 Februari 2009
Umur Kita
Rata-rata manusia meninggal dunia antara usia 60 thn-70thn (mayoritas)
Pukul rata manusia meninggal ± 65 th, beruntung yg diberikan umur panjang dan dimanfaatkan sisa umurnya.
?Baligh: Start untuk seseorang di perhitungkan amal baik atau buruknya selama hidup di dunia?
Laki-laki Baligh ± 15 tahun
Wanita Baligh ± 12 tahun
Usia Yang tersisa untuk kita beribadah kepada-Nya kita pukul rata dengan rumus:
MATI-BALIGH= sisa USIA ?????..65-15= 50 tahun
Lalu 50 tahun ini digunakan untuk apa saja ?
Flowchart: Multidocument: Catatan: 50 tahun=
12 jam siang hari
12 jam malam hari
24 jam satuharisatumalam
Mari kita telaah bersama.
Waktu kita tidur ± 8 jam/hari
Dalam 50 tahun waktu yang habis dipakai tidur 18250 hari x 8 jam= 146000 jam=16 tahun, 7 bulan??
di bulatkan jadi 17 tahun
Logikanya : Alangkah sayangnya waktu 17 tahun habis di gunakan untuk tidur, padahal kita akan tertidur dari dunia untuk selamanya?
Catatan: Yang lebih bermasalah lagi bagi mereka yang tumor alias tukang molor, bisa jadi 12 jam/hari =25 tahun habis tertidur!!! Hati-hati dengan penyakit TUMOR?
Waktu aktivitas kita di siang hari ± 12 jam
Dalam 50 tahun waktu yang habis dipakai aktivitas:18250 hari x12 jam=219000 jam= 25 tahun
Aktivitas disiang hari : Ada yang bekerja, atau bercinta, ada yang belajar atau mengajar, ada yang sekolah atau kuliah, ada yang makan sambil jalan-jalan, ada pula yang gambling sambil maling?
dan masih banyak lagi aktivitas lainnya yang tak pernah bisa disamaratakan satu dengan yang lain??..
Waktu aktivitas santai atau rilexsasi ± 4 jam
Dalam 50 tahun waktu yang dipakai rileksasi 18250 hari x 4 jam= 73000 jam = 8 tahun
Realisasi rileksasi: biasanya nonton tv sambil minum kopi, ada pula yang belajar mati-matian/ bikin contekan habis-habisan buat ujian, atau mungkin dihabiskan termenung di buai khayalan??
17 tahun + 25 tahun + 8 tahun = 50 tahun Plus plos/ Balance
Tidur??Ngelembur? Nganggur
Lalu kapan Ibadahnya?
Padahal manusia diciptakan-Nya tiada lain dan tiada bukan untuk semua dan segalanya hanyalah beribadah kepada-Nya, karena satu hal yang pasti kita akan kembali ke alam hakiki Illahi.
Maut datang menjemput tak pernah bersahut
Malaikat datang menuntut untuk merenggut
Manusia tak kuasa untuk berbicara
Tuhan Maha Kuasa atas syurga dan Neraka?
Memang benar! kuliah itu ibadah, kalau niat kuliahnya untuk ibadah, lha wong kita mah kuliah mau nyari ijazah, bakal nanti bekerja agar mudah mencari nafkah?
Memang benar ! Bekerja cari nafkah itu ibadah, tapi bekerja yang bagaimana? Orang kita bekerja sikut sanah sikut sinih, banting tulang banting orang, tujuan utamanya cari uang buat beli barang-barang biar dipandang orang-orang? ..
jarang orang menolak untuk di puji dan di puja tatkala mereka berjaya ?
Pernah kita membaca bismillah saat hendak berangkat kuliah tapi sayang hanya sekedar pernah?
Pernah kita berniat mulia saat hendak mencari nafkah, tapi semuanya terlupa ketika melihat gemerlapnya dunia.
Lalu kapan ibadahnya?
Oh mungkin saat sholat yang 5 waktu itu dianggap cukup ?!
Karena kita pikir; sholat begitu besar pahalanya, sholat amalan yang dihisab paling pertama, sholat jalan untuk membuka pintu syurga???Kenapa kita harus cukup kalau ibadah kita hanyalah sholat kita !
Berapa sholat kita dalam 50 tahun ?
1x sholat = ± 10 menit ?..5x sholat ± 1 jam
Dalam waktu 50 tahun waktu yang terpakai sholat=18250 hari x I jam =18250 jam= 2 tahun
ini dengan asumsi semua sholat kita diterima oleh Allah swt.
Kesimpulan: waktu yang kita manfaatkan dalam 50 tahun di dunia cuma 2 tahun untuk sholat????
2 tahun dari 50 tahun kesempatan kita?.itupun belum tentu sholat kita bermakna berpahala dan di terima..
Dan sekiranya sholat kita selama 2 tahun berpahala rasa-rasanya tidak sebanding dengan perbuatan dosa-dosa kita selama 50 tahun; dalam ucap kata kita yang selalu dusta, baik yang terasa maupun yang di sengaja, dalam ucap kata kita yang selalu cerca terhadap orangtua, dalam harta kaya kita yang selalu kikir terhadap orang faqir, dalam setiap laku langkah kita yang selalu bergelimang dosa.
Logika dari logikanya:
Bukan satu yang tidak mungkin kita umat di akhir jaman akan berhamburan di neraka untuk mendapatkan balasan kelalaian.
Terlalu banyak waktu yang terbuang percuma selama manusia hidup di dunia dan semuanya itu akan menjadi bencana.
Solusi:
Tiada kata terlambat walaupun waktu bergulir cepat, isilah dengan sesuatu apa yang bermanfaat . Jangan di tunda-tunda lagi?
Ingat malaikat maut akan datang kepada siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Akhirat adalah tujuan kita yang terakhir ! Apakah kita siap menyambut malaikat maut kapan saja dan dimana saja ?
KUNCI HIDUP BAHAGIA
*Berbahagialah dengan kehidupan, sebelum mati
dan petiklah bunga itu sebelum datang angin merontokkannya
1. Kunci kemuliaan adalah kepada Allah dan Rosul-Nya
2. Kunci surga adalah Tauhid
3. Kunci rezeki adalah Berusaha dengan maxsimal dan selalu berdo'a
4. Kunci kehidupan hati adalah Meninggalkan perbuatan dosa
5. Kunci bertambahnya nikmat adalah Bersyukur
6. Kunci ilmu pengetahuan adalah Bertanya
7. Kunci keberhasilan adalah Sabar
8. Kunci kebaikan adalah Kejujuran
9. Kunci kebahagiaan adalah Takwa
10.Kunci agar permintaan dikabulkan adalah Berdo'a
Jika kita mencintai seseorang
Jika kita mencintai seseorang, kita akan senantiasa mendo'akannya walaupun dia tidak berada disisi kita.
Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita ? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah Cinta ...
Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi, jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan Kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.
Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya. Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.
Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterimakasih atas karunia tersebut.
Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh,
penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat.
Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah
mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.
Seandainya kamu ingin mencintai atau memiliki hati seorang gadis, ibaratkanlah seperti menyunting sekuntum mawar merah. Kadangkala kamu mencium harum mawar tersebut, tetapi kadangkala kamu terasa bisa duri mawar itu menusuk jari.
Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu, hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi.
Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehingga kamu kehilangannya.
Pada saat itu, tiada guna penyesalan karena perginya tanpa berkata lagi.
Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia sekarang dan bukan siapa dia sebelumnya.
Kisah silam tidak perlu diungkit lagi, kiranya kamu benar-benar mencintainya setulus hati.
Hati-hati dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta PALSU.
Kemungkinan apa yang kamu sayangi atau cintai tersimpan keburukan didalamnya dan kemungkinan
apa yang kamu benci tersimpan kebaikan didalamnya.
Cinta kepada harta artinya bakhil, cinta kepada perempuan artinya alam, cinta kepada diri artinya bijaksana,
cinta kepada mati artinya hidup dan cinta kepada Tuhan artinya Takwa.
Lemparkan seorang yang bahagia dalam bercinta kedalam laut, pasti ia akan membawa seekor ikan.
Lemparkan pula seorang yang gagal dalam bercinta ke dalam gudang roti, pasti ia akan mati kelaparan.
Seandainya kamu dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan alam, tetapi tidak mempunyai
perasaan cinta dan kasih, dirimu tak ubah seperti gong yang bergaung atau sekedar canang yang gemericing.
Cinta adalah keabadian ... dan kenangan adalah hal terindah yang pernah dimiliki.
Siapapun pandai menghayati cinta, tapi tak seorangpun pandai menilai cinta karena cinta bukanlah suatu
objek yang bisa dilihat oleh kasat mata, sebaliknya cinta hanya dapat dirasakan melalui hati dan perasaan.
Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan
meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dahsyatnya cinta.
Cinta sebenarnya adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri dan tidak merubahnya menjadi
gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan didalam dirinya.
Kamu tidak akan pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. Namun apabila sampai saatnya itu,
raihlah dengan kedua tanganmu dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya.
Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut kemulut tetapi cinta adalah
anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.
Bercinta memang mudah, untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai
itulah yang sukar diperoleh.
Jika saja kehadiran cinta sekedar untuk mengecewakan, lebih baik cinta itu tak pernah hadir.
Aal_ilham
Kiat Mengajak Muslimah Berjilbab
Bismillahirrahmanirrahim.........
“Bagaimana cara menyikapi para muslimah yang belum sempurna menutup auratnya? ”
1. Bijak Menyikapi Kekurangan Orang Lain
Bagaimana mengajak saudara, teman, dan para muslimah di sekitar kita berjilbab? Atau setidaknya, bagaimana cara menyikapi para muslimah yang belum sempurna menutup auratnya?
Sebelum menjawab semua itu, kita mencoba mengupayakan bagaimana kiat untuk bijak menyikapi kekurangan orang lain.
Pertama, Bersyukur kepada Allah SWT, jika kita tak memiliki kekurangan yang serupa dengan orang yang kita saksikan kekurangannya. Sesungguhnya, kita terhindar dari kekurangan itu pun pada hakekatnya adalah karunia-Nya.
Kedua, Berlindung kepada Allah SWT dari memiliki kekurangan yang serupa. Jika bukan karena perlindungan Allah, belum tentu kita terhindar dari keadaan semacam itu.
Ketiga, Doakan orang yang memiliki kekurangan agar berubah menjadi lebih baik. Doakan pula orang yang berbuat salah agar dibimbing Allah bertaubat dan memperbaiki diri.
Keempat, Sampaikan dakwah kepadanya. Informasikan manfaat setiap amal yang kita perbuat. Informasikan kerugian dan dampak buruk yang dialami oleh diri kita sendiri, juga oleh orang di sekitar kita akibat dari apa yang kita perbuat. Bisa jadi seseorang berbuat salah, karena belum mengetahui hal itu salah atau belum tahu akibat buruk perbuatannya. Kiat diatas dapat digunakan bila melihat para muslimah yang cara berpakaiannya atau cara berhijabnya masih belum sempurna, misalnya ;
Pertama, jika kita telah sempurna menutup aurat, maka bersyukurlah kepada Allah. Jangan sampai kita menjadi ujub (bangga diri) dan sombong (merasa diri lebih baik atau lebih shalehah). Sesungguhnya, kita bisa menutup aurat dengan baik karena rahmat dan karunia Allah. Jika Allah tidak membimbing, belum tentu kita berbuat lebih baik.
Kedua, Senantiasa berlindung kepada Allah dari cara berpakaian yang tak disukai-Nya. Ini kisah nyata, saya pernah melihat seorang muslimah yang pakaiannya sangat terjaga, kemudia ia memperbincangkan sekelompok muslimah yang pakaiannya belum sempurna. Sayangnya, tak berapa lama, ia pun berpakain seperti para muslimah yang ia perbincangkan. Artinya, bila tidak berlindung kepada Allah, bisa saja suatu saat kita enggan menyempurnakan penutup aurat kita. Naudzubillahi mindzalik.
Ketiga, Doakan saudara kita yang belum sempurna cara menutup auratnya agar segera menyempurnakannya. Jangan sampai kita menyebarkan aib dan ghibah, karena semua itu tidak membuat menjadi bertaubat atau menjadi lebih baik. Bahkan perbuatan itu hanya menambah dosa bagi kita.
Keempat, Informasikan terhadap para muslimah yang belum menutup aurat dengan sempurna tentang manfaat memakai jilbab dengan benar. Dalam menginformasikan, kita bisa menggunakan kiat-kiat yang pernah disampaikan Aa Gym, seperti kita untuk sebuah perubahan dengan 3 M nya (Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang terkecil, Mulai saat ini juga), serta kiat berdakwah dengan menggunakan formula 3 A (Aku bukan ancaman bagimu, Aku menyenangkan bagimu, dan Aku bermanfaat bagimu).
“Jangan tergesa-gesa menyalahkan mereka, ini justru hutang kita kepada mereka. Bisa jadi, hal ini justru kesalahan kita akibat kelalaian kita dalam beramar ma’ruf”
2. Menyampaikan Ilmu
Orang-orang yang lahir di lingkungan baik, tentu tata nilainya tidak sama dengan orang-orang yang lahir di lingkungan yang kurang baik. Begitu pula para muslimah lahir di lingkungan kurang kondusif, mungkin tak pernah merasa malu dan bersalah jika auratnya tak tertutup sempurna, karena sejak kecil tidak terbiasa melihat para wanita di lingkungan keluarganya menutup aurat dengan baik.
Berbeda dengan wanita yang lahir di lingkungan moralis, misalnya di lingkungan para pendidik, pesantren, atau di lingkungan orang-orang saleh , maka ia akan merasa malu, terhina dan merasa bersalah jika auratnya tak terjaga.
Upaya amar ma’ruf nahyi munkar harus dimulai dengan penyampaian ilmu. Paksaan untuk melakukan kebaikan boleh dilakukan jika ilmu telah disampaikan dengan upaya maksimal.
Ambil contoh, suatu saat pernah ada seorang mualaf yang ingin masuk islam, tapi tidak mau melaksanakan shalat, kemudian Rasul SAW membiarkannya masuk Islam dan tidak memaksanya melaksanakan shalat. Setelah ia memahaminya, seiring bertambahnya ilmu dan pengalaman yang dilaluinya, akhirnya ia mau mengerjakan shalat.
Jika tidak, maka kita bagai memaksa orang yang tidak bisa berenang untuk mencapai tempat tujuan dengan berenang. Bagaimana mungkin ia bisa sampai di tujuan, bila tidak bisa berenang. Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengajarinya berenang agar tahu bagaimana cara mengambang, bergerak, dan berjalan di permukaan air, kemudian ia harus gigih berlatih secara sistematis dan berkesinambungan.
Jika ia sudah pandai berenang, tapi tidak mau menjalankan tugas dan kewajibannya untuk mencapai tujuan itu, barulah dia boleh dipaksa.Kalau kita masih menyaksikan banyak para muslimah yang belum sempurna menutup auratnya, pertanyaannya adalah sejauh mana kita telah mensosialisasikan dan membuat mereka paham tentang bagaimana cara berpakaian yang paling disukai Allah.
Oleh karena itu, jangan tergesa-gesa menyalahkan mereka, ini justru hutang kita kepada mereka. Bisa jadi, hal ini justru kesalahan kita akibat kelalaian kita dalam beramar ma’ruf, hingga hak mereka untuk mendapatkan ilmu tertahan oleh kemalasan dan keenganan kita berdakwah.
Selain itu, setiap orang juga harus melakukan instropeksi diri, ”Seberapa banyak ilmu yang sudah saya dapatkan, hingga sejauh mana saya harus mengamalkan ilmu yang telah saya dapatkan itu?” atau, “Apakah karena ilmu saya memang masih sangat sedikit, hingga belum mau menggunakan penutup aurat yang sempurna?” Jika demikian, maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana cara berpakaian yang paling disukai Allah.
Bagaimana seharusnya para muslimah menutup auratnya? Setidaknya sebagai berikut. Pertama, tertutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan (untuk menutupi permukaan yang termasuk aurat). Kedua, tidak transparan (untuk menghilangkan penampakannya). Ketiga, tebal, artinya tidak tipis (untuk menghilangkan bentuk aurat). Keempat, warna tidak terlalu mencolok atau terlalu banyak hiasan (agar tidak terlalu menarik perhatian lelaki yang bukan mahram). Kelima, hindari wewangian yang terlalu semerbak.
Semoga Allah Yang Mahaagung mengaruniakan rasa syukur pada diri kita dan melindungi kita dari berpakaian yang tak disukai-Nya.
“Menyampaikan ilmu atau menganjurkan kebaikan kepada orang lain itu ibarat mengepel lantai sebuah ruangan. ”
3. Awali dari diri
Dalam sebuah diskusi, seorang peserta yang belum berjilbab mengungkapkan isi hatinya sebagai berikut. Ia memiliki seorang teman yang sudah berjilbab dan sering mengajaknya mengenakan jilbab. Tapi, muslimah yang sudah berjilbab ini akhlaknya kurang baik, dia masih kurang menjaga hijab dengan lawan jenisnya, bahkan dia masih suka berpacaran dan seringkali menunjukkan sikap yang kurang baik.
Akhirnya, ia memilih untuk tidak berjilbab asalkan bisa menjaga dirinya, dari pada berjilbab tapi akhlaknya masih buruk. Bahkan, seringkali dia antipati melihat wanita berjilbab yang belum dikenalnya.
Artinya, setiap kali kita akan berdakwah, bertanyalah pada diri, “Apa yang akan saya sampaikan sudah sesuai atau belum dengan apa yang saya lakukan?” atau setidaknya, “Apakah saya sudah berupaya secara maksimal untuk mengamalkan apa yang akan saya sampaikan?” atau, “Apakah perbuatan dan akhlak saya sudah mendukung apa yang akan saya sampaikan?”
Menyampaikan ilmu atau menganjurkan kebaikan kepada orang lain itu ibarat mengepel lantai sebuah ruangan. Diri kita itu ibarat lap pel, sedangkan yang orang lain itu ibarat lantai. Lap pel harus bersih, jika tidak, maka ruangan itu akan bertambah kotor. Bayangkan, bila kita mengepel lantai kamar kita dengan lap pel bekas mencuci kotoran. Hasilnya, bukan membersihkan kamar, tapi malah mengotorinya
Begitupula halnya dengan kasus diatas. Karena muslimah berjilbab yang mengajaknya itu belum sanggup memberikan contoh yang nyata buat temannya, maka akhirnya temannya itu bukannya segera ingin berjilbab, tapi malah mendapatkan citra yang tidak tepat tentang wanita berjilbab. Akhirnya, dakwahnya bukannya membuat temannya menjadi berubah menjadi lebih baik, tetapi malah membuatnya makin jauh dari pemahamannya tentang islam, bahkan mungkin makin jauh dari Allah. Karenanya, awalilah dari diri sendiri.Sering juga timbul pertanyaan, “Mana yang lebih baik, wanita yang berjilbab tapi akhlaknya buruk atau wanita yang belum berjilbab tapi akhlaknya lebih terjaga”.Kita jadi teringat kisah Buya Hamka ketika beliau ditanya seseorang, “Buya, saya memiliki tetangga, yang satu seorang insinyur yang tidak suka shalat tetapi akhlaknya baik. Yang satunya lagi seorang haji yang suka shalat, tetapi akhlaknya buruk. Mana yang lebih baik diantara mereka?”
Beliau menjawab, “Insinyur itu, belum suka shalat saja akhlaknya sudah baik, apalagi kalau beliau rajin shalat. Sedangkan Pak Haji itu, syukur beliau suka shalat. Kalau tidak suka shalat, mungkin akhlak beliau lebih buruk dari itu.”
Kisah ini bisa kita analogikan untuk pertanyaan diatas. Akhwat yang belum berjilab itu, belum berjilbab saja akhlaknya sudah baik, apalagi kalau dia sudah bejilbab. Akhwat yang sudah berjilbab itu, syukur dia sudah berjilbab. Jika tidak, sudah akhlaknya kurang baik, tidak berjilbab juga.
Konon, disekitar Masjidil haram ada para wanita amoral yang bercadar. Tentu, tidak logis sama sekali jika kita langsung antipati melihat wanita bercadar. Kalau kita bandingkan, jumlah wanita shalehah yang berjilbab jauh lebih banyak dibandingkan wanita shlehah yang belum berjilbab.
Pakaian memang bukan satu-satunya alat ukur untuk menentukan kemuliaan akhlak seseorang. Muslimah yang pakaiannya sempurna belum tentu akhlaknya baik, tetapi muslimah yang berakhlaq baik pasti akan makin sempurna cara menutup auratnya. Makin sempurna cara akhwat menutup aurat, makin tinggi peluang akhwat berakhlak baik. Sebaliknya, makin tidak sempurna cara akhwat menutup auratnya, makin tinggi peluang akhwat berakhlak buruk.
Jadi, kalau ada akhwat yang sudah berjilbab tetapi akhlaknya kurang baik, maka solusinya adalah ia harus memperbaiki akhlaknya, bukan berarti ia harus melepaskan atau mengurangi kesempurnaannya berhijab. Sebaliknya, bila ada akhwat akhlaknya baik tetapi belum berjilbab, maka ia tetap harus menyempurnakan hijabnya, karena meyempurnakan hijab adalah kewajiban setiap muslimah.
Jadi, kiat untuk mengajak para muslimah berjilbab setidaknya adalah, pertama, bijjak menyikapi kekurangan mereka. Kedua, sampaikan ilmu kepada mereka. Ketiga, awali dari diri.
Semoga Allah SWT mengaruniakan kemampuan kepada kita untuk menutup aurat dengan sempurna, ikhlas karena Allah semata. Amin Yaa Rabbal aalamiiin.
Wallahu‘alam bishawab.