Rabu, 03 Juni 2009

2. Perang Uhud

Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu tanggal 15 Syawal 3 Hijriah. Orang-orang Quraisy Makkah berambisi sekali membalas kekalahannya pada perang Badar Raya. Dipersiapkannya suatu pasukan besar dengan kekuatan 3.000 orang serdadu. Dalam pasukan itu terdapat 700 ratus infanteri, 200 orang tentara berkuda (kavaleni) dan 17 orang wanita. Seorang di antara mereka yang tujuh belas ini adalah Hindun bin Utbah, isteri Abu Sofyan. Ayahnya yang bernama Utbah telah terbunuh pada perang Badar Raya.Pasukan Quraisy ini dipusatkan di suatu lembah di pegunungan Uhud, suatu pegunungan yang terletak 2 kilometer sebelah utara Madinah.Menghadapi tantangan ini, Nabi saw. dan beberapa orang sahabatnya berpendapat kaum Muslimin tidak perlu menemui musuh-musuh yang sudah siap siaga itu. Sebaliknya orang-orang Islam tetap siaga di Madinah dengan taktik bertahan (defensif). Akan tetapi sekelompok orang Islam (Muhajirin dan Anshar) terutama pemuda-pemuda yang tidak ikut ambil bagian dalam perang Badar mendesak untuk menemui tentara-tentara Quraisy dan ingin menghajarnya di gunung Uhud. Atas desakan itu Nabi surut dari pendapatnya semula. Masuklah beliau ke rumahnya, lalu keluar dalam keadaan sudah siap dengan mengenakan baju besi, menyandang tameng dan memegang tombak serta pedang.Melihat gelagat Nabi itu, sebagian sahabat yang tadinya sependapat dengan beliau menyatakan penyesalannya terhadap orang-orang yang memaksakan keinginannya untuk berperang. Mereka yang memandang tidak perlu meladeni tentara-tentara Quraisy tadi mengatakan kepada Nabi, “Kami tidak mau mengirimmu. Jika engkau tetap setuju berangkat, berangkatlah; dan jika akan engkau urungkan, urungkanlah.”Rasulullah saw. menjawab, “Tidak pantas bagi seorang Nabi yang sudah mengenakan baju besi untuk menanggalkannya kembali, hingga Allah menetapkan sesuatu baginya dan bagi musuh.”Kemudian beliau berangkat bersama lebih kurang 1.000 orang tentara. Dua ratus orang memakai baju besi dan hanya dua orang tentara berkuda.Setelah berangkat, Nabi Muhammad kembali menyeleksi pasukannya dan ternyata di dalamnya terdapat ratusan orang Yahudi yang menggabungkan diri dengan tentara Islam. Mereka itu dipimpin oleh Abdullah bin Ubay bin Salul. Nabi bertanya kepada sahabat-sahabatnya, “Apakah mereka telah masuk Islam?” “Belum,” jawab sahabat. Rasulullah memerintahkan, “Usir mereka dan perintahkan agar kembali ke Madinah. Kita tidak perlu bantuan orang-orang Musyrik untuk menghadapi orang-orang Musyrikin.”Mereka yang berjumlah 300 orang itu pun keluar dari pasukan, dan tinggallah 700 orang pasukan Nabi. Sesampainya di pegunungan Uhud, segera di lakukan pengaturan pasukan dan pembagian posisi. Lima puluh personil ditempatkan di sebuah bukit yang terletak di belakang lereng, di mana pasukan dikonsentrasikan di bawah pimpinan Abdullah bin Jabir Al-Anshary. Mereka bertugas menghadang pasukan musuh yang akan rnenyerang dari bukit itu.Rasulullah mengomandokan kepada penjaga bukit ini, “Siagalah kamu semuanya, dan jangan sampai musuh-musuh kita menyerbu dari belakang. Jika pasukan berkuda mereka naik ke posisi kamu, hujanilah kuda-kuda itu dengan anak panah. Kuda-kuda itu pasti tidak kuat dan takut dengan panah. Kita selalu akan unggul, manakala kamu tetap berjaga di atas bukit ini. Ya Allah, sesungguhnya aku yakin Engkau akan menolong mereka.”Menurut pendapat lain, ketika itu Nabi mengatakan, “Bila kamu melihat burung-burung menyambar-nyambar kami yang berada di lereng, maka jangan kamu kosongkan tempat (bukit) ini, hingga datang perintahku. Dan jika kamu melihat kami dapat mengalahkan atau dapat menghancurkan mereka sampai terbunuh semuanya, maka janganlah pula kamu tinggalkan tempat ini.”Segala sesuatunya telah diatur dan serbuan pun dimulai. Tentara Islam berhasil mengungguli musuh dan beberapa di antaranya telah terbunuh sementara yang lainnya kocar-kacir melarikan diri. Tetapi sayang tentara-tentara Islam mulai tergiur untuk mengambil harta rampasan yang ditinggalkan oleh musuh yang lain itu, tak terkecuali regu pengawal jalur rawan serbuan yang berada di bagian atas bukit. Tidak kurang dan 40 orang di antaranya turun ke lereng untuk ikut serta mengambil harta rampasan yang begitu banyak, sehingga hanya tinggal sepuluh orang saja yang berada di atas bukit. Komandannya, Abdullah bin Juber, sebelumnya telah mengingatkan mereka yang turun itu, tetapi tidak berhasil menghalanginya. Malah mereka menyanggah sang kornandan dengan kata-kata, “Tidak perlu lagi kita bersiaga di sini. Bukankah peperangan telah usai.”Kelemahan regu pengawal bukit yang hanya berkekuatan sepuluh personal itu dimanfaatkan Khalid bin Walid yang bertindak sebagai komandan tentara Makkah. Secepat kilat ia menyerang dan melumpuhkan regu pengawal, dan turun ke lereng gunung seraya menyerbu habis-habisan dari belakang. Tibalah giliran pasukan Islam kocar-kacir dibuatnya. Pasukan musuh balik menyerbu mereka dari setiap sektor, sambil mendekati posisi Nabi saw. Dalam keadaan posisi yang sangat genting itu disiarkan pula psywar yang menyatakan Nabi telah terbunuh, sehingga tentara Islam semakin porak-poranda.Pada waktu itu Nabi terkena lemparan batu, sampai jatuh pingsan. Tentu saja semua anak panah musuh terarah kepada beliau. Muka, lutut, bibir bawahnya luka-luka, sedangkan tutup kepalanya pecah. Posisi Nabi saw. yang hanya diapit oleh puluhan tentara saja itu, dihujani musuh dengan anak panah yang memaksa beberapa orang sahabat gugur, karena menghalangi sampainya anak-anak panah itu ke tubuh Rasulullah saw. Tercatat di antaranya Abu Dajanah, Saad bin Abi Waqas yang matian-matian bertahan dengan melontarkan hampir seribu buah anak panah, guna mengusir musuh.Selain itu dicatat pula seorang wanita, Ummu Imarah Nusaibah Al Anshary. Srikandi ini mulanya bertugas sebagai perawat tentara Islam yang luka-luka, tetapi demi melihat jiwa Nabi terancam maut, segeralah ia memagari diri Nabi beserta suami dan dua orang putranya, sehingga ia sendiri tewas. Atas keberaniannya yang luar biasa itu, Rasulullah berkata kepadanya, “Semoga Allah memberkahi kamu sekeluarga.”Lalu Nusaibah minta kepada Nabi berdoa agar dapat bersama-sama masuk surga dengan angota-anggota keluarga yang tewas pada waktu itu. “Ya Allah, jadikanlah mereka ini sebagai teman-temanku di surga kelak,” ucap Nabi.Saat-saat gawat ini diceritakan oleh Nabi saw. kepada sahabat-sahabatnya, “Wanita yang bernama Nusaibah inilah yang paling sibuk memberikan perlawanan demi membela aku. Ia menderita dua belas luka terkena panah dan pedang.”Pada saat kritis tersebut ada seorang tentara Quraisy yang bernama Ubai bin Khalaf menyerang Nabi dengan pedang terhunus, sehingga tidak ada jalan lain buat Nabi selain membela diri. Diambilnya sebatang tombak terus dilemparkannya ke tubuh Ubai sehingga tidak jadi membunuh Nabi, karena telah tewas lebih dahulu. Hanya dalam perang Uhud ini Rasulullah sempat membinasakan jiwa seseorang dan hanya Ubai bin Khalaf inilah yang mati terkena tombak Nabi, selama masa peperangannya.Untunglah Rasulullah saw. masih mampu bangkit dan keluar dan lubang tempatnya terperosok dengan bantuan Thalhah bin Ubaidillah.Melihat sekelompok orang-orang Musyrik Makkah masih berada di atas gunung, diperintahkannya satu regu untuk mengejarnya, seraya berseru kepada seluruh pasukan, “Mereka itu tidak pantas mengungguli kita. Ya Allah, tiada kekuatan bagi kami kecuali karena Engkau.”Sambil bersiap-siap untuk berlari berkatalah Abu Sofyan, “Hari ini adalah hari pembalasan Perang Badar.”Perang Uhud ini menelan korban sebanyak 70 orang dari pasukan Islam, dan 23 dan kaum Musyrikin. Suatu hal yang sangat memiriskan perasaan ialah peristiwa terbunuhnya Syaidina Hamzah, paman Rasulullah saw. Begitu beliau terkena panah, menari-narilah Hindun isteri Abu Sofyan, lalu mendatangi tempat tergeletaknya Hamzah dengan maksud melampiaskan dendam kesumat atas kematian ayahnya pada perang Badar. Dibelahnyalah dada mayat Hamzah, diambil hatinya, lalu dikunyah-kunyahnya.Mengenai Perang Uhud ini terdapat beberapa ayat yang berisi nasihat pelipur kesedihan kaum Muslimin atas kekalahannya dan mengingatkan akan sebab-sebab terjadinya kekalahan itu. Dalam surat Ali Imran ayat 138 sampai ayat 142 dan ayat 153 dikatakan, “Dan janganlah kamu lemah semangat dan janganlah bersedih hati, dan kamulah orang-orang yang lebih tinggi derajatnya, jika kamu benar-benar beriman. Jika kamu (pada perang uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum kafir itupun mendapatkan luka yang serupa. Demikianlah, masa kami pergantikan antara manusia, agar mereka mendapat pelajaran dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman dengan orang-orang yang kafir dan supaya sebagian kamu gugur sebagai syahid. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan agar Allah membersihkan orang-orang beriman (dari dosa-dosanya) dan membinasakan orang-orang yang kafir. Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 139-142)“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janjiNya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya, sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu, dan mendurhakai perintah Rasul, sesudah Allah memperlihatkan kepada kamu sesuatu yang kamu sukai. Di antara kamu ada pula yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka, untuk rnenguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah memiliki karunia atas orang-orang beriman. Ingatlah ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seorang pun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu. Karena itulah Allah menimpakan atas kamu kesedihan di atas kesedihan, supaya kamu tidak bersedih hati terhadap apa-apa yang luput dari sisi kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Dan Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu lakukan.” (Ali Imran: 152-153)Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu tanggal 15 Syawal 3 Hijriah. Orang-orang Quraisy Makkah berambisi sekali membalas kekalahannya pada perang Badar Raya. Dipersiapkannya suatu pasukan besar dengan kekuatan 3.000 orang serdadu. Dalam pasukan itu terdapat 700 ratus infanteri, 200 orang tentara berkuda (kavaleni) dan 17 orang wanita. Seorang di antara mereka yang tujuh belas ini adalah Hindun bin Utbah, isteri Abu Sofyan. Ayahnya yang bernama Utbah telah terbunuh pada perang Badar Raya.Pasukan Quraisy ini dipusatkan di suatu lembah di pegunungan Uhud, suatu pegunungan yang terletak 2 kilometer sebelah utara Madinah.Menghadapi tantangan ini, Nabi saw. dan beberapa orang sahabatnya berpendapat kaum Muslimin tidak perlu menemui musuh-musuh yang sudah siap siaga itu. Sebaliknya orang-orang Islam tetap siaga di Madinah dengan taktik bertahan (defensif). Akan tetapi sekelompok orang Islam (Muhajirin dan Anshar) terutama pemuda-pemuda yang tidak ikut ambil bagian dalam perang Badar mendesak untuk menemui tentara-tentara Quraisy dan ingin menghajarnya di gunung Uhud. Atas desakan itu Nabi surut dari pendapatnya semula. Masuklah beliau ke rumahnya, lalu keluar dalam keadaan sudah siap dengan mengenakan baju besi, menyandang tameng dan memegang tombak serta pedang.Melihat gelagat Nabi itu, sebagian sahabat yang tadinya sependapat dengan beliau menyatakan penyesalannya terhadap orang-orang yang memaksakan keinginannya untuk berperang. Mereka yang memandang tidak perlu meladeni tentara-tentara Quraisy tadi mengatakan kepada Nabi, “Kami tidak mau mengirimmu. Jika engkau tetap setuju berangkat, berangkatlah; dan jika akan engkau urungkan, urungkanlah.”Rasulullah saw. menjawab, “Tidak pantas bagi seorang Nabi yang sudah mengenakan baju besi untuk menanggalkannya kembali, hingga Allah menetapkan sesuatu baginya dan bagi musuh.”Kemudian beliau berangkat bersama lebih kurang 1.000 orang tentara. Dua ratus orang memakai baju besi dan hanya dua orang tentara berkuda.Setelah berangkat, Nabi Muhammad kembali menyeleksi pasukannya dan ternyata di dalamnya terdapat ratusan orang Yahudi yang menggabungkan diri dengan tentara Islam. Mereka itu dipimpin oleh Abdullah bin Ubay bin Salul. Nabi bertanya kepada sahabat-sahabatnya, “Apakah mereka telah masuk Islam?” “Belum,” jawab sahabat. Rasulullah memerintahkan, “Usir mereka dan perintahkan agar kembali ke Madinah. Kita tidak perlu bantuan orang-orang Musyrik untuk menghadapi orang-orang Musyrikin.”Mereka yang berjumlah 300 orang itu pun keluar dari pasukan, dan tinggallah 700 orang pasukan Nabi. Sesampainya di pegunungan Uhud, segera di lakukan pengaturan pasukan dan pembagian posisi. Lima puluh personil ditempatkan di sebuah bukit yang terletak di belakang lereng, di mana pasukan dikonsentrasikan di bawah pimpinan Abdullah bin Jabir Al-Anshary. Mereka bertugas menghadang pasukan musuh yang akan rnenyerang dari bukit itu.Rasulullah mengomandokan kepada penjaga bukit ini, “Siagalah kamu semuanya, dan jangan sampai musuh-musuh kita menyerbu dari belakang. Jika pasukan berkuda mereka naik ke posisi kamu, hujanilah kuda-kuda itu dengan anak panah. Kuda-kuda itu pasti tidak kuat dan takut dengan panah. Kita selalu akan unggul, manakala kamu tetap berjaga di atas bukit ini. Ya Allah, sesungguhnya aku yakin Engkau akan menolong mereka.”Menurut pendapat lain, ketika itu Nabi mengatakan, “Bila kamu melihat burung-burung menyambar-nyambar kami yang berada di lereng, maka jangan kamu kosongkan tempat (bukit) ini, hingga datang perintahku. Dan jika kamu melihat kami dapat mengalahkan atau dapat menghancurkan mereka sampai terbunuh semuanya, maka janganlah pula kamu tinggalkan tempat ini.”Segala sesuatunya telah diatur dan serbuan pun dimulai. Tentara Islam berhasil mengungguli musuh dan beberapa di antaranya telah terbunuh sementara yang lainnya kocar-kacir melarikan diri. Tetapi sayang tentara-tentara Islam mulai tergiur untuk mengambil harta rampasan yang ditinggalkan oleh musuh yang lain itu, tak terkecuali regu pengawal jalur rawan serbuan yang berada di bagian atas bukit. Tidak kurang dan 40 orang di antaranya turun ke lereng untuk ikut serta mengambil harta rampasan yang begitu banyak, sehingga hanya tinggal sepuluh orang saja yang berada di atas bukit. Komandannya, Abdullah bin Juber, sebelumnya telah mengingatkan mereka yang turun itu, tetapi tidak berhasil menghalanginya. Malah mereka menyanggah sang kornandan dengan kata-kata, “Tidak perlu lagi kita bersiaga di sini. Bukankah peperangan telah usai.”Kelemahan regu pengawal bukit yang hanya berkekuatan sepuluh personal itu dimanfaatkan Khalid bin Walid yang bertindak sebagai komandan tentara Makkah. Secepat kilat ia menyerang dan melumpuhkan regu pengawal, dan turun ke lereng gunung seraya menyerbu habis-habisan dari belakang. Tibalah giliran pasukan Islam kocar-kacir dibuatnya. Pasukan musuh balik menyerbu mereka dari setiap sektor, sambil mendekati posisi Nabi saw. Dalam keadaan posisi yang sangat genting itu disiarkan pula psywar yang menyatakan Nabi telah terbunuh, sehingga tentara Islam semakin porak-poranda.Pada waktu itu Nabi terkena lemparan batu, sampai jatuh pingsan. Tentu saja semua anak panah musuh terarah kepada beliau. Muka, lutut, bibir bawahnya luka-luka, sedangkan tutup kepalanya pecah. Posisi Nabi saw. yang hanya diapit oleh puluhan tentara saja itu, dihujani musuh dengan anak panah yang memaksa beberapa orang sahabat gugur, karena menghalangi sampainya anak-anak panah itu ke tubuh Rasulullah saw. Tercatat di antaranya Abu Dajanah, Saad bin Abi Waqas yang matian-matian bertahan dengan melontarkan hampir seribu buah anak panah, guna mengusir musuh.Selain itu dicatat pula seorang wanita, Ummu Imarah Nusaibah Al Anshary. Srikandi ini mulanya bertugas sebagai perawat tentara Islam yang luka-luka, tetapi demi melihat jiwa Nabi terancam maut, segeralah ia memagari diri Nabi beserta suami dan dua orang putranya, sehingga ia sendiri tewas. Atas keberaniannya yang luar biasa itu, Rasulullah berkata kepadanya, “Semoga Allah memberkahi kamu sekeluarga.”Lalu Nusaibah minta kepada Nabi berdoa agar dapat bersama-sama masuk surga dengan angota-anggota keluarga yang tewas pada waktu itu. “Ya Allah, jadikanlah mereka ini sebagai teman-temanku di surga kelak,” ucap Nabi.Saat-saat gawat ini diceritakan oleh Nabi saw. kepada sahabat-sahabatnya, “Wanita yang bernama Nusaibah inilah yang paling sibuk memberikan perlawanan demi membela aku. Ia menderita dua belas luka terkena panah dan pedang.”Pada saat kritis tersebut ada seorang tentara Quraisy yang bernama Ubai bin Khalaf menyerang Nabi dengan pedang terhunus, sehingga tidak ada jalan lain buat Nabi selain membela diri. Diambilnya sebatang tombak terus dilemparkannya ke tubuh Ubai sehingga tidak jadi membunuh Nabi, karena telah tewas lebih dahulu. Hanya dalam perang Uhud ini Rasulullah sempat membinasakan jiwa seseorang dan hanya Ubai bin Khalaf inilah yang mati terkena tombak Nabi, selama masa peperangannya.Untunglah Rasulullah saw. masih mampu bangkit dan keluar dan lubang tempatnya terperosok dengan bantuan Thalhah bin Ubaidillah.Melihat sekelompok orang-orang Musyrik Makkah masih berada di atas gunung, diperintahkannya satu regu untuk mengejarnya, seraya berseru kepada seluruh pasukan, “Mereka itu tidak pantas mengungguli kita. Ya Allah, tiada kekuatan bagi kami kecuali karena Engkau.”Sambil bersiap-siap untuk berlari berkatalah Abu Sofyan, “Hari ini adalah hari pembalasan Perang Badar.”Perang Uhud ini menelan korban sebanyak 70 orang dari pasukan Islam, dan 23 dan kaum Musyrikin. Suatu hal yang sangat memiriskan perasaan ialah peristiwa terbunuhnya Syaidina Hamzah, paman Rasulullah saw. Begitu beliau terkena panah, menari-narilah Hindun isteri Abu Sofyan, lalu mendatangi tempat tergeletaknya Hamzah dengan maksud melampiaskan dendam kesumat atas kematian ayahnya pada perang Badar. Dibelahnyalah dada mayat Hamzah, diambil hatinya, lalu dikunyah-kunyahnya.Mengenai Perang Uhud ini terdapat beberapa ayat yang berisi nasihat pelipur kesedihan kaum Muslimin atas kekalahannya dan mengingatkan akan sebab-sebab terjadinya kekalahan itu. Dalam surat Ali Imran ayat 138 sampai ayat 142 dan ayat 153 dikatakan, “Dan janganlah kamu lemah semangat dan janganlah bersedih hati, dan kamulah orang-orang yang lebih tinggi derajatnya, jika kamu benar-benar beriman. Jika kamu (pada perang uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum kafir itupun mendapatkan luka yang serupa. Demikianlah, masa kami pergantikan antara manusia, agar mereka mendapat pelajaran dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman dengan orang-orang yang kafir dan supaya sebagian kamu gugur sebagai syahid. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan agar Allah membersihkan orang-orang beriman (dari dosa-dosanya) dan membinasakan orang-orang yang kafir. Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 139-142)“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janjiNya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya, sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu, dan mendurhakai perintah Rasul, sesudah Allah memperlihatkan kepada kamu sesuatu yang kamu sukai. Di antara kamu ada pula yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka, untuk rnenguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah memiliki karunia atas orang-orang beriman. Ingatlah ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seorang pun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu. Karena itulah Allah menimpakan atas kamu kesedihan di atas kesedihan, supaya kamu tidak bersedih hati terhadap apa-apa yang luput dari sisi kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Dan Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu lakukan.” (Ali Imran: 152-153)

Perang Badar

1. Perang BadarPerang Badar Raya terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 Hijriah. Perang ini bermula dari kesalah¬pahaman kafilah dagang kaum Musyrikin Makkah yang sedang kembali dari Syam menuju Makkah. Rasulullah memerintahkan sejumlah sahabatnya untuk mengamati kafilah Quraisy yang sedang lewat di wilayah Madinah itu tanpa berrnaksud untuk berperang di bawah pimpinan Nabi saw. sendiri.Begitu melihat rombongan orang Madinah yang mendekati kafilahnya, segeralah Abu Sofyan, pim¬pinan kafilah, mengutus anak buahnya untuk segera minta bantuan dari Makkah. Segeralah datang pasukan dari Makkah dengan kekuatan 1.000 orang tentara, 600 orang di antaranya berkuda (kavaleri) yang merangkap sebagai kompi perbeka¬lan (logistik), dan 300 orang tentara cadangan yang merangkap sebagai regu musik. Di samping itu mereka juga membawa 700 ekor unta. Regu musiknya sepanjang jalan menggemakan lagu-lagu perang, terutama yang berisikan ejekan terhadap Nabi saw. dan kaum Muslimin.Kompi patroli yang dikerahkan Nabi saw. sendiri berke¬kuatan 313 prajurit, dengan 70 ekor unta, dan tidak lebih dari 3 ekor kuda. Mereka kebanyakan terdiri dan penduduk asli Madinah. Mereka mengendarai tunggangan yang ada itu secara bergantian.Beberapa saat sebelum berangkat Nabi Muham¬mad saw. bermusyawarah dengan para sahabatnya dari kalangan Anshar, tentang kelompok mana yang lebih dulu diterjunkan ke medan laga. Kelompok Muhajirin segera menawarkan diri dan menyatakan sanggup. Sementara itu kelompok Anshar juga paham, Nabi saw. menghendaki agar merekalah yang lebih dahulu terjun walaupun Nabi belum berterus terang menyatakan maksudnya itu. Karena itulah Saad bin Mu’az, sebagai sesepuh kaum Anshar, bangkit menyatakan kesiapannya untuk diterjunkan lebih dahulu.Saad bin Mu’az berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh kami ini telah beriman kepadamu, telah seratus persen meyakini agama dan telah mengakui kebenaran agama yang engkau bawa kepada kami. Kami telah bersumpah setia untuk melaksanakan semua yang telah kami janjikan kepadamu. Oleh karena itu, segeralah laksanakan apa yang telah menjadi keputusanmu, ya Rasulullah, dan kami setia kepadamu. Demi Allah yang telah membangkitkanmu dengan membawa kebenaran, kalau engkau perintahkan kami untuk mengarungi lautan ini (perang), niscayalah kami arungi bersamamu. Tak seorang pun di antara kami ini yang akan menolak komandomu dan tak seorang pun yang akan mundur dari medan laga, hari ini atau besok. Kami sanggup tabah menjalani peperangan ini dan telah siap sedia untuk syahid di dalamnya. Mudah-mudahan Allah swt. merestui apa-apa yang engkan percayakan kepada kami dan marilah berangkat bersama kami, dalam berkah Ilahi.”Banyak lagi kalangan Anshar yang memberikan pernyataan serupa, sehingga legalah hati Nabi Saw.Seusai rapat itu, Nabi saw. bersabda, “Berangkatlah kamu bersama inayah Allah, dan berbesar hatilah. Allah telah menggariskan dua pilihan menang atau kalah.”Kemudian Nabi saw. berangkat dengan pasu¬kannya untuk segera menduduki sebuah telaga kecil yang ada di Gunung Badar itu. Setiba di sana, berka¬talah Habbab bin Munzir, “Ya Rasulullah, tempat atau daerah ini telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu (telah diduduki lebih dahulu) dan janganlah engkau maju atau mundur dari tempat ini, apa pun yang terjadi, baik pasukan kita maju atau mundur, atau terjadi kejar mengejar. Kita harus bertahan di daerah ini.” Rasulullah menjawab, “Memang begitulah seharusnya.”Kemudian Habbab menunjuk sebuah telaga lain dan berjalan ke sana bersama-sama untuk lebih da¬hulu menguasainya, sehingga memungkinkan ten¬tara-tentara Islam untuk memutuskan jalur suplai air. Di dekat telaga inilah pasukan dipusatkan, dan Saad bin Muaz mengerahkan kawan-kawannya untuk mendirikan kemah dan dikawal oleh beberapa prajurit.Akan tetapi Rasulullah heran terhadap komando dan kerja Saad itu, lalu beliau bertanya kepada Saad, “Untuk apa itu kau lakukan.” “Sudah banyak kaum yang bergabung dengan kami, tetapi belum ada orang yang sangat kami cintai selain engkau, ya Rasulullah. Kami boleh mati saat ini juga, tetapi engkau harus kembali dalam keadaan selamat,” jawab Saad. “Jika mereka ini (prajurit-prajurit Anshar) tahu engkau terancam, tentulah mereka tidak mau jauh darimu.”Mendengar penjelasan itu berdoalah Nabi saw. agar ia (Saad) dan seluruh tentaranya selamat dan memenangkan peperangan, dan apa yang diusulkan Saad tadi diperkenankan olehnya.Tatkala kedua belah pihak telah berhadap-¬hadapan untuk memulai penyerbuan, tampillah Nabi saw. mengatur barisan seraya memberi semangat kepada seluruh prajurit, “Demi Allah yang nyawaku ini ditangannya, musuh-musuh kita sekarang akan menghadapi pahlawan¬-pahlawan yang sabar dan tangguh, serta akan memenang¬kan peperangan. Jika satu di antaranya terbunuh, maka Allah yang akan memasukkannya ke surga.”Kemudian Nabi kembali ke kemahnya bersama Abu Bakar, sementara Saad bin Muaz mengawalnya dengan pedang terhunus. Nabi berdoa, “Ya Allah, aku nantikan janji-Mu. Ya Allah, jika pasukanku ini kalah, niscaya tidak ada lagi orang yang akan menyembahmu di bumi ini.”Beliau terus melakukan shalat khauf dan sujud agak lama, lalu diingatkan oleh Abu Bakar dengan ucapan, “Bangunlah, sebentar lagi Allah akan menunaikan janjinya kepadamu.”Tak berapa lama ternyata perang telah berhenti dan kemenangan diraih oleh pihak Islam. Dan pihak Quraisy kurang lebih 70 orang terbunuh, termasuk orang yang paling musyrik, Abu Jahal, dan pemim¬pin lainnya, 70 orang lainnya tertawan. Setelah mayat-mayat tentara itu dimakamkan kembalilah Nabi saw. dengan pasukannya ke Madinah. Kemu¬dian beliau bermusyawarah dengan beberapa orang sahabat guna membicarakan tindakan yang akan diambil terhadap tawanan-tawanan perang itu. Umar bin Khattab mengusulkan agar mereka dibunuh saja. Tetapi, Abu Bakar mengusulkan agar mereka dibebaskan dengan syarat memberikan tebu¬san. Pendapat inilah yang disetujui untuk ditetapkan sebagai keputusan resmi. Maka ditebuslah tawanan-tawanan itu oleh kaum musyrikin Makkah.Tentang Perang Badar ini turun ayat, “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu pada waktu itu dalam keadaan lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah supaya kamu mensyukurinya. Cukuplah jika kamu sabar dan siaga, dan mereka datang menyerang kamu seketika itu juga niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Ingatlah ketika kamu mengatakan kepada orang-orang Mukmin, apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit). Dan Allah tidak menja¬dikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi kemenanganmu dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Untuk membinasakan golongan orang-orang kafir, atau untuk menjadikan mereka itu hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa.” (QS. Ali Imran: 123 - 127)Di samping itu turunlah pula ayat yang berisi teguran buat Nabi saw. atas keputusannya membe¬baskan tawanan-tawanan perang dengan rnensyarat¬kan tebusan, yaitu, “Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi, sedang Allah menghendaki (pahala) akhirat. Dan Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil. Maka makanlah sebagian harta rampasan perang, dan Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Anfal:67-69)
Perang Badar Raya terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 Hijriah. Perang ini bermula dari kesalah¬pahaman kafilah dagang kaum Musyrikin Makkah yang sedang kembali dari Syam menuju Makkah. Rasulullah memerintahkan sejumlah sahabatnya untuk mengamati kafilah Quraisy yang sedang lewat di wilayah Madinah itu tanpa berrnaksud untuk berperang di bawah pimpinan Nabi saw. sendiri.Begitu melihat rombongan orang Madinah yang mendekati kafilahnya, segeralah Abu Sofyan, pim¬pinan kafilah, mengutus anak buahnya untuk segera minta bantuan dari Makkah. Segeralah datang pasukan dari Makkah dengan kekuatan 1.000 orang tentara, 600 orang di antaranya berkuda (kavaleri) yang merangkap sebagai kompi perbeka¬lan (logistik), dan 300 orang tentara cadangan yang merangkap sebagai regu musik. Di samping itu mereka juga membawa 700 ekor unta. Regu musiknya sepanjang jalan menggemakan lagu-lagu perang, terutama yang berisikan ejekan terhadap Nabi saw. dan kaum Muslimin.Kompi patroli yang dikerahkan Nabi saw. sendiri berke¬kuatan 313 prajurit, dengan 70 ekor unta, dan tidak lebih dari 3 ekor kuda. Mereka kebanyakan terdiri dan penduduk asli Madinah. Mereka mengendarai tunggangan yang ada itu secara bergantian.Beberapa saat sebelum berangkat Nabi Muham¬mad saw. bermusyawarah dengan para sahabatnya dari kalangan Anshar, tentang kelompok mana yang lebih dulu diterjunkan ke medan laga. Kelompok Muhajirin segera menawarkan diri dan menyatakan sanggup. Sementara itu kelompok Anshar juga paham, Nabi saw. menghendaki agar merekalah yang lebih dahulu terjun walaupun Nabi belum berterus terang menyatakan maksudnya itu. Karena itulah Saad bin Mu’az, sebagai sesepuh kaum Anshar, bangkit menyatakan kesiapannya untuk diterjunkan lebih dahulu.Saad bin Mu’az berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh kami ini telah beriman kepadamu, telah seratus persen meyakini agama dan telah mengakui kebenaran agama yang engkau bawa kepada kami. Kami telah bersumpah setia untuk melaksanakan semua yang telah kami janjikan kepadamu. Oleh karena itu, segeralah laksanakan apa yang telah menjadi keputusanmu, ya Rasulullah, dan kami setia kepadamu. Demi Allah yang telah membangkitkanmu dengan membawa kebenaran, kalau engkau perintahkan kami untuk mengarungi lautan ini (perang), niscayalah kami arungi bersamamu. Tak seorang pun di antara kami ini yang akan menolak komandomu dan tak seorang pun yang akan mundur dari medan laga, hari ini atau besok. Kami sanggup tabah menjalani peperangan ini dan telah siap sedia untuk syahid di dalamnya. Mudah-mudahan Allah swt. merestui apa-apa yang engkan percayakan kepada kami dan marilah berangkat bersama kami, dalam berkah Ilahi.”Banyak lagi kalangan Anshar yang memberikan pernyataan serupa, sehingga legalah hati Nabi Saw.Seusai rapat itu, Nabi saw. bersabda, “Berangkatlah kamu bersama inayah Allah, dan berbesar hatilah. Allah telah menggariskan dua pilihan menang atau kalah.”Kemudian Nabi saw. berangkat dengan pasu¬kannya untuk segera menduduki sebuah telaga kecil yang ada di Gunung Badar itu. Setiba di sana, berka¬talah Habbab bin Munzir, “Ya Rasulullah, tempat atau daerah ini telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu (telah diduduki lebih dahulu) dan janganlah engkau maju atau mundur dari tempat ini, apa pun yang terjadi, baik pasukan kita maju atau mundur, atau terjadi kejar mengejar. Kita harus bertahan di daerah ini.” Rasulullah menjawab, “Memang begitulah seharusnya.”Kemudian Habbab menunjuk sebuah telaga lain dan berjalan ke sana bersama-sama untuk lebih da¬hulu menguasainya, sehingga memungkinkan ten¬tara-tentara Islam untuk memutuskan jalur suplai air. Di dekat telaga inilah pasukan dipusatkan, dan Saad bin Muaz mengerahkan kawan-kawannya untuk mendirikan kemah dan dikawal oleh beberapa prajurit.Akan tetapi Rasulullah heran terhadap komando dan kerja Saad itu, lalu beliau bertanya kepada Saad, “Untuk apa itu kau lakukan.” “Sudah banyak kaum yang bergabung dengan kami, tetapi belum ada orang yang sangat kami cintai selain engkau, ya Rasulullah. Kami boleh mati saat ini juga, tetapi engkau harus kembali dalam keadaan selamat,” jawab Saad. “Jika mereka ini (prajurit-prajurit Anshar) tahu engkau terancam, tentulah mereka tidak mau jauh darimu.”Mendengar penjelasan itu berdoalah Nabi saw. agar ia (Saad) dan seluruh tentaranya selamat dan memenangkan peperangan, dan apa yang diusulkan Saad tadi diperkenankan olehnya.Tatkala kedua belah pihak telah berhadap-¬hadapan untuk memulai penyerbuan, tampillah Nabi saw. mengatur barisan seraya memberi semangat kepada seluruh prajurit, “Demi Allah yang nyawaku ini ditangannya, musuh-musuh kita sekarang akan menghadapi pahlawan¬-pahlawan yang sabar dan tangguh, serta akan memenang¬kan peperangan. Jika satu di antaranya terbunuh, maka Allah yang akan memasukkannya ke surga.”Kemudian Nabi kembali ke kemahnya bersama Abu Bakar, sementara Saad bin Muaz mengawalnya dengan pedang terhunus. Nabi berdoa, “Ya Allah, aku nantikan janji-Mu. Ya Allah, jika pasukanku ini kalah, niscaya tidak ada lagi orang yang akan menyembahmu di bumi ini.”Beliau terus melakukan shalat khauf dan sujud agak lama, lalu diingatkan oleh Abu Bakar dengan ucapan, “Bangunlah, sebentar lagi Allah akan menunaikan janjinya kepadamu.”Tak berapa lama ternyata perang telah berhenti dan kemenangan diraih oleh pihak Islam. Dan pihak Quraisy kurang lebih 70 orang terbunuh, termasuk orang yang paling musyrik, Abu Jahal, dan pemim¬pin lainnya, 70 orang lainnya tertawan. Setelah mayat-mayat tentara itu dimakamkan kembalilah Nabi saw. dengan pasukannya ke Madinah. Kemu¬dian beliau bermusyawarah dengan beberapa orang sahabat guna membicarakan tindakan yang akan diambil terhadap tawanan-tawanan perang itu. Umar bin Khattab mengusulkan agar mereka dibunuh saja. Tetapi, Abu Bakar mengusulkan agar mereka dibebaskan dengan syarat memberikan tebu¬san. Pendapat inilah yang disetujui untuk ditetapkan sebagai keputusan resmi. Maka ditebuslah tawanan-tawanan itu oleh kaum musyrikin Makkah.Tentang Perang Badar ini turun ayat, “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu pada waktu itu dalam keadaan lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah supaya kamu mensyukurinya. Cukuplah jika kamu sabar dan siaga, dan mereka datang menyerang kamu seketika itu juga niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Ingatlah ketika kamu mengatakan kepada orang-orang Mukmin, apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit). Dan Allah tidak menja¬dikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi kemenanganmu dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Untuk membinasakan golongan orang-orang kafir, atau untuk menjadikan mereka itu hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa.” (QS. Ali Imran: 123 - 127)Di samping itu turunlah pula ayat yang berisi teguran buat Nabi saw. atas keputusannya membe¬baskan tawanan-tawanan perang dengan rnensyarat¬kan tebusan, yaitu, “Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi, sedang Allah menghendaki (pahala) akhirat. Dan Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil. Maka makanlah sebagian harta rampasan perang, dan Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Anfal:67-69)

Surat Terakhir Untuk Mantan Pacarku

- Untuk mantan pacarku yang disayangi AllahPuji dan syukur hanya dan milik Allah swt semata,sholawat seiring salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan dan idola kita semua yaitu Nabi besar Muhammad SAW. dan tak henti-hentinya akuberdoa semoga apa-apa yg tengah dan akan kita lakukan selalu dalam pengampunan-Nya yang mendapat ridho setra selalu dalam naungan rahman dan rahinNya.sebelummya aku minta maaf apabila selama ini mungkinkata-kataku baik pada waktu di telpon atau dirumahmu telah menyinggung perasaanmu, sebenarnya aku ingin ngomong banyak sekali tetapi entah aku tak tahu pada waktu kata-kataku sudah siap aku lontarkan didepanmu, kata-kata ini hilang tak karuan begitu saja setiap kali seperti ini dalam fikiranku selalu terlintas kata-kata, "apa yang sudah kamu lakukan itu telah menghalangi hak-haknya,jangan...jangan...urungkan saja niatmu!"Kemudian setelah lama aku yakinkan, aku sadar bahwa setiap muslim satu dengan yang lain adalah seperti satu tubuh yang saling sambung menyambung dan takakan pernah dilepaskan. Sungguh aku yg hanya sebagai mantan pacar, tiada niat dalam hati 'n' selain tiada kerelaanku jika seseorang yang pernah namanya bersemayam dalam dihatiku masih terjerat dalam lingkaran-lingkaran syaiton, tahukah engkau hati ini terasa ngilu dan sakit jika aku mengingat akan hal itu, maka dari itu aku luangkan waktu untuk mengungkapkan isi hatiku, untuk itu aku mohon kesedianmu untuk membaca dan lebih-lebih engkau mau meresapi dan memahami kata-kataku berikut iniMantan pacarku, engkau adalah kaum yang terhormat seperti halnya Ibuku dan saudara-saudara perempuanku. Kau adalah tiang negara ini yang mana... dengan akhlakmu, engkau dapat menghancurkan dan mengokohkan negara ini. Engkau adalah pendidik masa depan yang selalu mejadi harapan bangsa dan agama kita yaitu Islam yang telah meninggikan derajat dan memuliakan kedudukanmu. Agama yg lurus ini juga telah mewajibkan kaum hawa untuk menutup aurat agar supaya terjaga kehormatan dan kesucianmu sehingga engkau tidak diganggu oleh orang-orang yangingin menodai kesucianmu.Mantan pacarku......, Engkau adalah makhluk Allah yang mulia, yang diciptakan dengan segala keindahan,bagai bunga yang harum semerbak yang selalu mengundang banyak kumbang untuk selalu mendekat seperti sebuah ungkapan : "dunia adalah perhiasan dan seindah-indahnya perhiasan adalah wanita salihah". Untuk itulah keindahanmu hanya pantas dimiliki seseorang yang telah dihalalkan oleh Allah untukmu lewat syariatNya yang suci dan akan selalu menjaga kesucian dan kehormatanmu. Ukhti...., Engkau seharusnya tidak boleh dilihat sembarang mata, tak boleh disentuh oleh sembarang tangan, tak boleh diajak dan dibawa bermain sembarang laki-laki. Sungguh hati kecilku ini sebenarnya tidak pernah terima jika engkau tidakdiperlakukan secara sewajarnya sebagai seorang muslimah, karena kau adalah saudaraku di jalan Allah yang harus terjaga kesuciannya agar wanginya tetap semerbak.Mantan pacarku yang diridhoi Allah. cintaKu sekarang hanya milik Allah, RosulNya dan agamaNya. Telah dituntunnya kita dalam syariatnya yang amat sangat lengkap tentang kehidupan ini, tentang bagaimana kita harus bergaul, bermasyarakat, dll. Seperti halnya... "Berlalulah masa dari hari ke hari sedang dosa kita terus menumpuk dan kemuadian datanglah utusan maut. Sedang hati kita dalam keadaan lengah.Dan sesungguhnnya kenikmatan dunia hanyalah tipuan dan penyesalan serta kemegahan dunia hanyalah kemustahilan dan kebatilan."....sungguh apabila mau bercermin pada ayat diatas,rasanya sangat tidak pantas kalau kita maupun saudara-saudara kita masih memelihara cinta semu yang hakikatnya adalah luapan nafsu yang selalu ditunggangi oleh musuh kita "Sayton La'natullah".kita hanya boleh mencintai sebagai saudara dalam Islam, saling menyayangi hanya karena ikatan aqidah yang bersih dan ukhuwah kita. Seiring sejalan untuk tetap istiqomah didalam aturanNYa, tentu dengan cara-cara yg diridhoi Allah.Saudaraku... mungkin untuk itu tidak ada salahnya kalau kita mau berfikir sedikit lebih tenang, lebih dewasa dan berpikir jauh kedepan. Mari kita jernihkan fikiran, mensucikan hati, jauhkan kebencian dan dahulukan cinta. Dengan demikian aku yakin kita bisa menatap kebaikan dengan hati yang lapang, tenang dan damai.Saudaraku terlalu panjang sudah suratku untukmu, semoga Allah mangampuni dosaku dan dosamu serta dosa saudara-saudara kita semua yang selama ini masih selalu menyalahi Syariat-Nya karena kita telah merajut benang-benang kasih Sayitoni dalam kebersamaan kita. Maka dari itu marilah kita sama-sama bertekad untuk menyemai benih-benih cinta kita dilahan yang telah disediakan Allah untuk kita.Marilah kita tumbuhkan dan kita pupuk rasa cinta kita hanya untuk kekasih abadi kita yaitu Allah swtyang selalu membelai kita dengan Rahman dan RahimNya agar kita selalu siap untuk berjihad di jalanNya.Oh...ya...mungkin perlu ukhti ketahui bahwa surat ini kutulis untukmu bukannya aku sekarang sudah tidak mencintaimu lagi atau aku takut sama ortu,atau aku sudah mendapat penggantimu, ...tidak samasekali tidak! Tetapi hidayah dariNya yang membuatku jadi begini.Aku berharap semoga hidayah yang amat mahal dan terindah ini dapat terus kita jaga dan kita pertahankan keberadaannya. Aku berlindung kepadaAllah dari segala bujuk rayu syaiton dan kerabat-kerabatnya. Aku mohon maaf atas segala kekhilafan yang pernah aku lakukan terhadapmu dan semoga yang maha kuasa mau menerima taubatku dan taubatmu, amin.....seperti dalam firman Allah "setiap anak adam pastibersalah dan sebaik-baik orang yang bersalah adalahmereka yang lekas-lekas menyadari kesalahannya untukbertaubat".TIADA MASA YANG INDAH SELAIN MASA REMAJATIADA REMAJA YANG PALING MULIA SELAIN REMAJA YANGBERTAQWA

Untuk Calon Istriku Kelak

Ukhti....Jikalau tiba saatnya bertemu...bersabarlah dikau dengan kekuranganku....bersabarlah dikau dengan apa yang tampak sekilas....sesungguhnya aku ini hanyalah seseorang anak adam yangbiasa-biasa saja....yang biasa dipandang sebelah mata....Ukhti....Jika Allah memang memilihku tuk mendampingimu....Kumohon....Hendaklah dikau selalu mengingatkan diriku ini yanglemah ini....Yang mungkin menelantarkan hak-hakmu....Yang mungkin lupa diri dan tak tau diri....Yang mungkin lupa akan kewajibanku ini....Ukhti....Terimalah salamku ini....Jagalah dirimu dengan sebaik-baiknya ukhti....Berimanlah pada Allah swt....dan bertakwalah pada Allah....Patuhilah Allah dan Rasulnya....Jangan terbawa oleh arus musuh-musuh Islam ukhti....Ingatlah.....Sesungguhnya Allah swt. bersama orang-orang yangsabar....Jikalau bukan takdir kita untuk bertemu....Doaku semoga Allah mempertemukanmu dengan Ikhwan yang lebih baik dariku....Yang akan membahagiakanmu di dunia dan membimbingmu menujukebahagiaan akhirat....Akhir kata....Wassalam.

Sayangilah Aku Hingga Ujung Waktu

Kalau kita berbicara tentang pernikahan, pasti semua mengharapkan yang enak-enak atau kondisi ideal. Normal aja dong, kalau mengharapkan kriteria ideal untuk calon pasangan hidupnya. Sang pemuda mengharapkan calon istri yang cantik jelita, keluarganya tajir, pinter, akhlak mulia, sholehah, dll. Begitu juga sang wanita ingin punya suami yang ganteng, kaya, sabar, pinter, bertanggung jawab, setia, akhlaknya memikat, dan sebagainya. Coba bayangin semua ini terjadi pada diri kita, wuah...surga dunia tuh! Siapa sih yang gak mau, iya gak?Saat kita lanjut usia, rambut mulai satu-persatu rontok, raga pun perlahan rapuh dan sepuh, sang istri atau suami masih tetap setia mendampingi. Saat di pembaringan, ada yang mijitin pundak hingga kitapun tertidur pulas. Saat dingin menyerang rangkulan kekasih pun semakin erat, bersama saling menopang saat kaki-kaki kita semakin melemah. Kalau sedih ada yang menghibur, saat senang, apalagi, wuah...uendah nian.Namun, menurut Hasan Al Banna, waktu itu adalah kehidupan, ia tak pernah berhenti sesaatpun, seiring waktu berlalu, istri semakin keriput dan endut. Tapi menurut sang suami, "Istriku masih yang tercantik," sementara suami pun perutnya udah buncit, tapi menurut sang istri, "Engkaulah satu-satunya Pangeran dalam istana hatiku."Kebesaran Allah SWT pun selalu tampak di dalam rumah tangga. Setiap anggota keluarga melakukan sholat berjamaah, qiyamullail, membaca Al Qur'an, tasbih, tahmid, saling bertausyiah, bermaafan, menasehati, dan mengingatkan. Inilah hasil dari sepasang anak manusia yang menikah karena ingin mengharapkan ridho-Nya dan cita-cita Islam serta kemegahan ajaran-Nya. Inilah dia surga yang disegerakan sebelum surga yang kekal abadi.Semua diatas adalah harapan setiap pasangan. Namun, tak jarang juga ditemukan dalam suatu keluarga yang terjadi adalah sebaliknya. Dari istri yang dibilang gak pinter mengatur rumah tangga, menjaga anak, atau suami yang selalu pulang malam tak peduli dengan anak dan istri, dan macam-macam lagi. Kata nista, kata-kata yang nyelekit, tuduhan, makian bahkan saling memukul, bisa juga terjadi pada sebuah keluarga, yang gini nih sepet banget! Rumah tangga serasa bagai hidup di neraka, tak ada ketenangan apalagi kasih sayang.Emang ya, segala sesuatu itu bisa tak seindah bayangan semula. Ada bunga-bunga indah, namun cukup banyak juga onak dan duri yang siap menghadang. Karena itu, berbagai masalah kehidupan dalam lembaga pernikahan harus dihadapi secara realistis oleh setiap pasangan.Apalagi hidup di zaman seperti sekarang ini memang tak mudah, namun Al Qur'an memberikan arahan dalam kehidupan berumah tangga, *".... dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik....** [QS Ath Thalaaq: 6] *"..... *dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian, bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." **[QS An Nisaa': 19] *Seperti gading, tak ada yang tak retak, begitu juga manusia, tak ada yang sempurna. Setiap kita pasti ada kekurangannya, bisa saja seorang suami atau istri terlihat mempunyai satu kekurangan, namun kalau dipikir-pikir lebih banyak kelebihannya. Apakah kekurangannya saja yang diperhatikan oleh pasangannya atau kedua-duanya dengan pertimbangan yang adil?Konflik dalam kehidupan rumah tangga juga tak jarang menyebabkan banyak pasangan kehilangan cinta yang dulunya mempersatukan mereka, dan Allah SWT juga telah memberikan arahan yang jelas, *"Hai orang-orang mu'min, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." **[QS At Taghaabun: 14]*Karena itu, sesungguhnya dalam kehidupan berkeluarga yang kita harapkan adalah indahnya keampunan Allah dan surga-Nya, juga kasih sayang orang-orang yang terdekat dengan kita, yang setiap hari saling membutuhkan, karena itu 'sayangilah aku (pasangan hidupmu) hingga ujung waktu.'Wahai akhi wa ukhti fillah, mari kita saling mendoakan ya, Semoga dengan kita mengambil panduan Al Qur'an dan sunnah Rasul-Nya serta contoh teladan dari keluarga Rasulullah SAW, akan semakin banyak rumah tangga yang tadinya kurang sakinah kembali menjadi sakinah, rumah tangga yang sakinah menjadi lebih sakinah, dan insya Allah pula saudara-saudara yang belum berumah tangga dikabulkan do'anya berupa pasangan hidup yang sholeh atau sholehah, *aamiin allahumma aamiin.*Wallahu alam bi showab,

Perkataan Bijak Beberapa Wanita Mulia

Perkataan yang baik, jawaban yang bijak dan spontanitas yang terarah dengan kandungan isi yang berbobot, makna yang mendalam dan arti yang terukur merupakan indikasi akal, kebijaksanaan dan kecermatan seseorang. Di bawah ini adalah kumpulan perkataan dan sikap dari para wanita sahabat yang menunjukkan semua itu 1. Khadijah binti Khuwailid Sepulang menerima wahyu di goa Hira, Rasulullah saw diliputi ketakutan dan kekhawatiran, sampai di rumah Rasulullah berkata kepada Khadijah, “Selimuti aku, selimuti aku”. Khadijah menyelimutinya sehingga beliau tenang, lalu beliau menceritakan kepada Khadijah peristiwa yang baru saja dialaminya. Rasulullah berkata, “Aku takut terhadap diriku”. Khadijah menjawab, “Demi Allah, tidak akan, Allah tidak akan menghinakanmmu selamanya, engkau menyambung silatur rahim, memikul kesulitan, membantu orang tidak berpunya, memuliakan tamu dan membantu kesulitan dalam kebenaran”. 2. Aisyah binti Abu Bakar Aisyah berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana menurutmu apabila engkau singgah di sebuah lembah di mana di sana terdapat rerumputan yang telah dijamah oleh ternak gembalaan dan rerumputan yang belum dijamah. Di lembah manakah engkau melepas untamu?” Nabi SAW menjawab, “Di rerumputan yang belum dijamah.” Maksudnya adalah bahwa Rasulullah SAW tidak menikah dengan gadis selainnya 3. Aisyah binti Thalhah Al-Hasan bin Ali berkata kepada istrinya Aisyah binti Thalhah, “Urusanmu berada di tanganmu.” Aisyah istrinya menjawab, “Selama dua puluh tahun ia berada di tanganmu. Kamu menjaganya dengan baik. Ketika ia berada di tanganku maka aku tidak menyia-nyiakannya sesaat pun dan aku telah memberikannya kepadamu.” Al-Hasan mengagumi jawabannya dan tidak menceraikannya. 4. Asma’ binti Yazid al-Asyhaliyyah Asma’ binti Yazid mendatangi Rasulullah SAW, sementara beliau di antara para sahabatnya. Asma’ berkata, “Aku korbankan bapak dan ibuku demi dirimu ya Rasulullah. Saya adalah utusan para wanita kepadamu. Sesungguhnya Allah mengutusmu kepada seluruh laki-laki dan wanita, maka mereka beriman kepadamu dan kepada Tuhanmu. Kami para wanita selalu dalam keterbatasan, sebagai penjaga rumah, tempat menyalurkan hasrat dan mengandung anak-anak, sementara kalian – kaum laki-laki – mengungguli kami dalam shalat jum’at, shalat berjamaah, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, berhaji setelah sebelumnya sudah berhaji dan yang lebih utama adalah jihad fi sabilillah. Dan jika salah seorang dari kalian pergi haji atau umrah atau jihad maka kamilah yang menjaga harta kalian, yang menenun pakaian kalian, yang mendidik anak-anak kalian. Bisakah kami menikmati pahala dan kebaikan ini sama seperti kalian?” Nabi SAW memandang para sahabat dengan seluruh wajahnya. Kemudian beliau bersabda, “Apakah kalian pernah mendengar ucapan seorang wanita yang lebih baik pertanyaannya tentang urusan agamanya daripada wanita ini?” mereka menjawab, “Ya Rasulullah, kami tidak pernah menyangka ada wanita yang bisa bertanya seperti dia.” Nabi SAW menengok kepadanya dan bersabda, “Pahamilah wahai ibu. Dan beritahu para wanita di belakangmu bahwa ketaatan istri kepada suaminya, usahanya untuk memperoleh ridhonya dan kepatuhannya terhadap keinginannya menyamai semua itu.” Asma’ berlalu dengan wajah berseri-seri. 5. Asma’ binti Umais Ali bin Abu Thalib menikahi Asma’ binti Umais RA. Kedua putranya Muhammad bin Ja’far dan Muhammad bin Abu Bakar saling membanggakan diri. Masing-masing berkata, “Aku lebih mulia darimu, bapakku lebih baik daripada bapakmu.” Ali berkata kepada Asma’, “Wahai Asma’ kamu yang menjadi pengadil di antara mereka berdua.” Asma’ berkata, “Aku tidak melihat pemuda Arab yang lebih baik daripada Ja’far, dan aku tidak melihat orang tua yang lebih baik daripada Abu Bakar.” Ali berkata, “Kamu tidak menyisakan sedikit pun bagi kami. Seandainya kamu berkata lain niscaya aku akan memarahimu.” Asma’ berkata, “Sesungguhnya tiga orang di mana kamu adalah yang paling muda adalah orang-orang terpilih.” 6. Asma’ binti Abu Bakar Asma’ binti Abu Bakar RA mempunyai sepotong baju peninggalan Rasulullah SAW, ketika Abdullah bin Az-Zubair terbunuh, baju itu pergi menghilang. Asma’ berkata, “Hilangnya baju itu lebih berat bagiku daripada terbunuhnya Abdullah.” Ternyata baju itu berada di tangan seseorang dari kota Syam, orang tersebut berkata, “Aku tidak akan mengembalikannya kecuali jika Asma’ memohonkan ampunan untukku.” Asma’ berkata, “Bagaimana aku memohon ampunan untuk pembunuh Abdullah.” Mereka berkata, “Dia bersedia mengembalikan baju itu.” Asma’ berkata, “Katakan kepadanya agar datang.” Lalu laki-laki itu datang dengan membawa bajunya diiringi Abdullah bin Urwah, cucu Asma’. Asma’ berkata, “Berikan baju itu kepada Abdullah.” Lalu dia memberikannya. Asma’ bertanya, “Wahai Abdullah, apakah bajunya sudah di tanganmu?” Abdullah menjawab, “Ya.” Asma’ berkata, “Semoga Allah mengampunimu wahai Abdullah.” Maksud Asma’ adalah Abdullah bin Urwah cucunya, bukan laki-laki tersebut. 7. Ummu Ma’bad Ummu Ma’bad adalah seorang wanita yang mana Rasulullah dan Abu Bakar pernah singgah minum padanya pada saat hijrah ke Madinah, Ummu Ma’bad berkata tentang Rasulullah SAW, “Aku melihat seorang laki-laki yang tampan, berbadan tegap, berwajah cerah, berkepala sedang, tidak besar tidak pula kecil, berakhlak mulia, berbudi pekerti baik, berbola mata hitam, bulu matanya panjang, bersuara sedikit serak, putih matanya sangat putih, hitam matanya sangat hitam, kedua alisnya melengkung dan hampir bertemu, lehernya panjang, jenggotnya lebat, jika diam dia diliputi oleh ketenangan, jika dia berbicara dia dinaungi o kewibawaan, ucapannya manis, tegas, tidak pendek, tidak bertele-tele, kata-katanya seperti untaian mutiara yang tertata rapi, dari jauh dialah orang yang paling tampan dan menawan, dari dekat dialah orang yang paling manis dan baik, berbadan sedang, mata tidak mencelanya karena kepanjangan dan mata tidak menjelekkannya karena kependekan, seperti dahan pohon di antara dua pohon yang pendek dan panjang, paling indah dipandang dari tiga, paling harum baunya. Dia memiliki teman-teman yang menghormatinya, jika dia berbicara mereka mendengar ucapannya, jika dia memerintah mereka berlomba-lomba melaksanakannya, mereka berbondong-bondong membantu dan melayaninya, tidak bermuka masam dan tida lemah pendapat.(Dari: ar-Rahiq al-Makhtum dan Adz-Dzakiyat, Qasim Asyur)

Kisah Abu Dzar r.a, Pejuang Sebatang Kara

Abu Dzar al-Ghiffari ra. sebelum memeluk Islam adalah seorang perampok para kabilah di padang pasir, berasal dari suku Ghiffar yang terkenal dengan sebutan binatang buas malam dan hantu kegelapan. Hanya dengan hidayah Allah akhirnya ia memeluk Islam (dalam urutan kelima atau keenam), dan lewat dakwahnya pula seluruh penduduk suku Ghiffar dan suku tetangganya, suku Aslam mengikutinya memeluk Islam. Disamping sifatnya yang radikal dan revolusioner, Abu Dzar ternyata seorang yang zuhud (meninggalkan kesenangan dunia dan mengecilkan nilai dunia dibanding akhirat), berta’wa dan wara’ (sangat hati-hati dan teliti). Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidak ada di dunia ini orang yang lebih jujur ucapannya daripada Abu Dzar”, dikali lain beliau SAW bersabda, “Abu Dzar – diantara umatku – memiliki sifat zuhud seperti Isa ibn Maryam”. Pernah suatu hari Abu Dzar berkata di hadapan banyak orang, “Ada tujuh wasiat Rasulullah SAW yang selalu kupegang teguh. Aku disuruhnya agar menyantuni orang-orang miskin dan mendekatkan diri dengan mereka. Dalam hal harta, aku disuruhnya memandang ke bawah dan tidak ke atas (pemilik harta dan kekuasaan)). Aku disuruhnya agar tidak meminta pertolongan dari orang lain. Aku disuruhnya mengatakan hal yang benar seberapa besarpun resikonya. Aku disuruhnya agar tidak pernah takut membela agama Allah. Dan aku disuruhnya agar memperbanyak menyebut ‘La Haula Walaa Quwwata Illa Billah’. “ Dipinggangnya selalu tersandang pedang yang sangat tajam yang digunakannya untuk menebas musuh-musuh Islam. Ketika Rasulullah bersabda padanya, “Maukah kamu kutunjukkan yang lebih baik dari pedangmu? (Yaitu) Bersabarlah hingga kamu bertemu denganku (di akhirat)”, maka sejak itu ia mengganti pedangnya dengan lidahnya yang ternyata lebih tajam dari pedangnya. Dengan lidahnya ia berteriak di jalanan, lembah, padang pasir dan sudut kota menyampaikan protesnya kepada para penguasa yang rajin menumpuk harta di masa kekhalifahan Ustman bin Affan. Setiap kali turun ke jalan, keliling kota, ratusan orang mengikuti di belakangnya, dan ikut meneriakkan kata-katanya yang menjadi panji yang sangat terkenal dan sering diulang-ulang, “Beritakanlah kepada para penumpuk harta, yang menumpuk emas dan perak. Mereka akan diseterika dengan api neraka, kening dan pinggang mereka akan diseterika dihari kiamat!” Teriakan-teriakannya telah menggetarkan seluruh penguasa di jazirah Arab. Ketika para penguasa saat itu melarangnya, dengan lantang ia berkata, “Demi Allah yang nyawaku berada dalam genggaman-Nya! Sekiranya tuan-tuan sekalian menaruh pedang diatas pundakku, sedang mulutku masih sempat menyampaikan ucapan Rasulullah yang kudengar darinya, pastilah akan kusampaikan sebelum tuan-tuan menebas batang leherku” Sepak terjangnya menyebabkan penguasa tertinggi saat itu Ustman bin Affan turun tangan untuk menengahi. Ustman bin Affan menawarkan tempat tinggal dan berbagai kenikmatan, tapi Abu Dzar yang zuhud berkata, “aku tidak butuh dunia kalian!”. Akhir hidupnya sangat mengiris hati. Istrinya bertutur, “Ketika Abu Dzar akan meninggal, aku menangis. Abu Dzar kemudian bertanya, “Mengapa engkau menangis wahai istriku? Aku jawab, “Bagaimana aku tidak menangis, engkau sekarat di hamparan padang pasir sedang aku tidak mempunyai kain yang cukup untuk mengkafanimu dan tidak ada orang yang akan membantuku menguburkanmu”. Namun akhirnya dengan pertolongan Allah serombongan musafir yang dipimpin oleh Abdullah bin Ma’ud ra (salah seorang sahabat Rasulullah SAW juga) melewatinya. Abdullah bin Mas’ud pun membantunya dan berkata, “Benarlah ucapan Rasulullah!. Kamu berjalan sebatang kara, mati sebatang kara, dan nantinya (di akhirat) dibangkitkan sebatang kara”.

8 Pertanda bahwa si Dia adalah Jodoh Anda

Dua manusia yang merasa saling berjodoh pasti memiliki ikatan emosional, spiritual dan fisik antara keduanya. Hanya dengan menatap matanya, kita akan merasakan getaran dan seolah ingin terus bersamanya. Benarkah seperti itu? Lalu, apakah ada penanda lainnya Agar seseorang bisa merasakan bahwa si dia jodoh kita atau bukan?
Nah, agar Anda tak terus penasaran, berikut ini pakar relationship sekaligus penulis buku 21 Ways to Attract Your Soul Mate, Arian Sarris memberikan rahasianya:
Pertanda 1
Rahasia sepasang kekasih agar bisa memiliki umur hubungan yang panjang adalah adanya saling berbagi. Anda dan dia selalu bisa saling membantu, entah itu pekerjaan sepele atau besar. Paling penting adalah Anda berdua selalu bisa menikmati segala aspek kehidupan secara bersama-sama. Dan semuanya terasa amat menyenangkan meskipun tanpa harus melibatkan orang lain. Nah, apakah Anda sudah merasakan hal tersebut? Jika ya, selamat berarti ada harapan bahwa dia adalah calon pendamping hidup Anda!
Pertanda 2
Salah satu kriteria yang menentukan cocok tidaknya dia itu jodoh Anda atau bukan adalah kemampuannya bersikap santai di depan Anda. Coba sekarang perhatikan, apakah gerak geriknya, caranya berpakaian, gaya rambutnya, caranya berbicara serta tertawanya mengesankan apa adanya? Apakah setiap ucapannya selalu tampak spontan dan tidak dibuat-buat? Jika tidak, (maaf) kemungkinan besar dia bukan jodoh Anda.
Pertanda 3
Adanya kontak bathin membuat hati Anda berdua bisa selalu saling tahu. Dan bila Anda atau si dia bisa saling membaca pikiran dan menduga reaksi serta perasaanya satu sama lainnya pada situasi tertentu. Selamat! Mungkin sebenarnya dialah belahan jiwa Anda yang tersimpan…
Pertanda 4
Bersamanya bisa membuat perasaan Anda menjadi santai, nyaman tanpa perasaan tertekan. Berjam-jam bersamanya, setiap waktu dan setiap hari tak membuat Anda merasa bosan.. Ini bisa sebagai pertanda bahwa Anda berdua kelak bisa saling terikat.
Pertanda 5
Dia selalu ada untuk Anda dalam situasi apapun. Dan dia selalu bisa memahami cuaca dalam hati Anda baik dalam suka dan duka. percayalah pasangan yang berjodoh pasti tak takut mengalami pasang surut saat bersama. Sekarang, ingat-ingat kembali. Apakah dia orang pertama yang datang memberi bantuan tatkala Anda dirundung musibah? Dia selalu paham saat PMS Anda datang menyerang? Dia tau keadaan waktu anda sakit………Jika ya, tak salah lagi. Dialah orangnya…
Pertanda 6
Dia tak terlalu peduli dengan masa lalu keluarga Anda, dia tak peduli dengan masa lalu Anda saat bersama kekasih terdahulu. Dia juga tak malu-malu menceritakan masa lalunya.. Nah, kalau begitu ini bisa berarti dia sudah siap m enerima Anda apa adanya..
Pertanda 7
Setiap orang pasti memiliki kekurangan, dan Anda tak malu-malu memperlihatkannya pada si dia. Bahkan pada saat Anda tampil ‘buruk’ di depannya sekalipun, misalnya saat Anda bangun tidur atau saat Anda sakit dan tak mandi selama dua hari.
Pertanda 8
Bila Anda merasa rahasia Anda bisa lebih aman di tangannya daripada di tangan sahabat-sahabat Anda. Atau Anda merasa sudah tak bisa lagi menyimpan rahasia apapun darinya, maka berbahagialah! Karena ini bisa berarti pasangan sejati telah Anda temukan! Apakah kedelapan pertanda di atas telah Anda temukan padanya?